Kehebatan Ayah, Mengapa?
Kehebatan adalah semangat yang selalu menjadikan keseharian begitu indah. Susah, senang, tantangan, harapan, dan segala hal yang kerap menyapa kehidupan kita, adalah pemantik kita menjadi hebat.
Tulisan di blog ini merupakan catatan sehari-hari kami tentang segala hal yang berkait dengan keluarga kami. Selamat membaca, semoga bisa menemukan mutiara di dalamnya
Senin, 24 Mei 2010
Surat 4: Kisah Javid
Javid, atau Muhammad Kandaga Javid Namaah, namamu sebenarnya sudah ditulis bahkan 3 tahun sebelum kamu lahir. Waktu itu, ketika kakakmu masih berusia 4 bulan di dalam kandungan. Kakakmu yang aktif meski masih janin itu, sering bergerak menyundul-nyundul perut ibumu dengan lucunya. Terutama jika diperdengarkan music klasik seperti Mozart, Vivaldi, dan sebagainya.
Melihat keaktifan sang janin, kami kemudian menyiapkan dua nama: seorang laki-laki, dan seorang lagi perempuan.
Ternyata kakakmu, Binda, lahir lebih dulu. Namun stok nama itu tidak pernah kami hapus dari memori kami. Bahkan, kedua nama yang sudah kami print/ cetak tersebut, tetap menempel sampai sekarang di lemari pakaian kami.
Dan Javid, kamu adalah bayi dengan sejumlah keistimewaan. Bukan masa hamil yang tidak ketahuan awalnya. Sebab ibumu, tau-tau sudah hamil. Entah itu minggu ke-4, ke-6, atau ke-12. Tapi Ibu hamil diketahui setelah terlihat mengalami sensitifitas yang tinggi, mual-mual, dan agak mabuk. Ketika diperiksa, ternyata kamu sudah bersemayam di perut ibu.
Sejak itu, kami memeliharamu. Kakakmu, Binda, sangat senang akan memiliki seorang adik. Tiap bulan kami periksakan kamu ke Bidan. Sampai akhirnya, masa perkiraanmu lahir sudah tiba. Waktu itu, sesuai perkiraan Bidan Kholisoh yang merawatmu, kamu akan lahir setelah lebaran tiba.
Abimu sudah memesan roda bayi ke Mang Dicky yang sesungguhnya Tante Puti pun sedang hamil untuk anak mereka yang kedua: Kia. Mengapa sudah pesen2 roda bayi? Karena berdasarkan hitungan, kamu akan lahir lebih dulu.
Bahkan sehari atau dua hari setelah lebaran, mamah dari Banten sudah tiba. Oh ya, ketika kamu dikandung itu, kami tidak pulang lebaran. Padahal biasanya kami memaksakan diri untuk pulang. Hal ini karena takut terjadi apa-apa di masa lebaran itu.
[bersambung]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar