Kehebatan Ayah, Mengapa?

Tidak bermaksud sombong, jika blog ini dijuduli dengan "Kehebatan Ayah". Kehebatan ayah yang dimaksud dalam blog ini juga tidak dimaksudkan untuk bersaing dengan Ibu yang juga hebat. Kehebatan seorang ayah justru karena ia didampingi seorang ibu yang hebat.
Kehebatan adalah semangat yang selalu menjadikan keseharian begitu indah. Susah, senang, tantangan, harapan, dan segala hal yang kerap menyapa kehidupan kita, adalah pemantik kita menjadi hebat.
Tulisan di blog ini merupakan catatan sehari-hari kami tentang segala hal yang berkait dengan keluarga kami. Selamat membaca, semoga bisa menemukan mutiara di dalamnya .

Rabu, 16 Juni 2010

Sang Pahlawan


Anak-anakku,
Berikut adalah kisah Binda sewaktu kecil. Binda yang jika saya pulang malam selalu memberikan semangat meski fisik sudah lelah.
Berikut catatan saya tentang peristiwa ini.

Setiap pulang ke rumah sehabis menunaikan tugas-kerja, saya selalu tersenyum jika akan tiba ke pintu pagar. Terlebih jika malam masih belum terlalu larut. Bisa dipastikan bahwa anakku yang pertama langsung membuka gordeng begitu mendengar suara motorku sampai. Begitu melihat benar bahwa yang datang adalah bapaknya, seperti biasanya, ia langsung melompat-lompat dan berteriak: “Abi dongkap...abi dongkap..(Bapak datang....Bapak datang...)” Katanya gembira.
Hal itu terus dilakukannya tiap hari, tentu asal saya datang tidak terlalu larut saja.
Begitu masuk ke dalam, pertanyaan serupa yang juga sering diulanginya adalah:
“Abi, beunang heunteu kipayahna dinten ieu? (Bapak, rejekinya hari ini dapat tidak?” Katanya lagi.
***
‘Kipayah” adalah istilah dalam basa Sunda untuk menunjukkan nafkah atau rejeki. Hal ini tercermin dalam kalimat berikut:
“Kuring indit nyiar kipayah”, artinya, “Saya pergi mencari nafkah”.
***
Namun bagi anak saya yang ini, kipayah dipahami sederhana saja” oleh-oleh atau buah tangan.
Memang, setiap pulang kerja, saya selalu menyempatkan diri untuk membawa sekedar buah tangan bagi anak-anak saya ini. Kadang hanya pisang, jeruk, atau apa saja. Dan jika saya membawanya, dia langsung berteriak-teriak:
“Ibu...Abi dinten ieu kipayahna beunang...(Ibu, hari ini Bapak mendapat rejeki!)” Katanya sambil meraih bungkusan itu dari tangan saya dan menyerahkannya kepada ibunya yang tersenyu.
***
Dalam posisi seperti ini, saya merasa bahwa saya adalah pahlawan. Pahlawan yang memenangkan pertarungan untuk membela sebuah kebesaran dan kesucian yang indah: keluarga. Di keluarga ini, dua mutiara hidup buah kasih kami selalu setia menanti bapaknya pulang.
Jika sudah begini, terutama ketika ditugaskan keluar kota, bayang-bayang indah anak saya yang sedang menanti bapaknya pulang selalu membayang. Sehingga, jika sedang jauh, kerinduan untuk menjumpai mereka meledak-ledak.
Ah anakku...semoga pahlawanmu ini selalu tetap jaya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar